ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TBC
1.2
Tuberculosis
Paru (TBC)
A. Definisi
Tuberculosis Paru adalah penyakit radang
parenkim paru karena infeksi kuman mycrobacterium tuberculosis. Tuberculosis
paru termasuk suatu pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan oleh M.
tuberculosis. Tuberculosis Paru mencakup 80% dari keseluruhan kejadian penyakit
tuberculosis, sedangkan 20% selebihnya merupakan tuberculosis ekstrapulmonar.
Diperkirakan bahwa 1/3 penduduk dunia pernah terinfeksi kuman M. tuberculosis.
B. Etiologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan
jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 1-4mm dg tebal 0,3-0,6mm.
sebagian besar komponen M. Tuberculosis adalah berupa lemak atau lipid sehingga
kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan
faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah
yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M. Tuberculosis senang tinggal di daerah
apex paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. daerah tersebut menjadi tempat
yang kondusif untuk penyakit tuberculosis.
C. Patofisiologi
Infeksi diawali Karena seseorang
menghirup basil M.Tuberculosis. bakteri menyebar melalui jalan nafas menuju
alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan
M.Tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus
atas). Basil juga menyebar melalui system limfe dan aliran darah ke bagian
tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks cerebry). Selanjutnya system kekebalan
tubuh memberikan respon dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan
makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit
spesifik tuberculosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal.
Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang
menyebabkan bronchopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10
minggu setelah terpapar bakteri.
Interaksi antara M. tuberculosis dan
system kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah masa jaringan
baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan
mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya
berubah bentuk menjadi massa jangringan fibrosa. Bagian tengah dari massa
tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri
menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang penampakannya seperti
keju (necrotizing caseosa) hal ini kan menjadi kalsifikasi dan akhirnya
membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi non aktif.
Setelah infeksi awal, jika respon system
imun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian
parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak
aktif kembali menjadi aktif. Pada kasusu ini, ghon tubercle mengalami ulserasi
sehingga menghasilkan necrotizing caseosa didalam brounkhus. Tubercle yang
ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru-paru
yang terinfeksi kemudian meradang mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia,
membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan
sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang
biak didalam sel. Makrofag mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit (membutuhkan 10 – 20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan
jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan
menimbulkan respons berbeda, pada akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
dikelilingi oleh tuberkel.
Patway
Gejala
penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul
sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas
terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara
klinik.
Gejala
sistemik/umum, antara lain sebagai berikut:
·
Gejala
umum Tb paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum ,
malaise , gejala flu , demam ringan , nyeri dada , batuk darah .
·
Gejala
lain yaitu kelelahan, anorexia, penurunan Berat badan
Gejala
khusus, antara lain sebagai berikut:
·
Tergantung
dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai
sesak.
·
Kalau
ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
·
Bila
mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
·
Pada
anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
E. Komplikasi
Menurut
Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
·
Hemoptisis
berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.
·
Atelektasis
(paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi
bronchial.
·
Bronkiektasis
(pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
·
Penyebaran
infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
F. Pemeriksaan
Penunjang
a.
Pemeriksaan Laboratorium
· Kultur
Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
· Ziehl-Neelsen
(pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif
untuk basil asam-cepat.
· Tes
kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau
lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan
infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan
penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti
bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh
mikobakterium yang berbeda.
· Anemia
bila penyakit berjalan menahun
· Leukosit
ringan dengan predominasi limfosit
· LED
meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali normal pada
tahap penyembuhan.
· GDA
: mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.
· Biopsi
jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa
menunjukkan nekrosis.
· Elektrolit
: Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh
hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB
paru kronis luas.
b.
Radiologi
·
Foto
thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh
primer atau efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk
rongga akan fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat
mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang
sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
·
Bronchografi
: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan
paru karena TB.
·
Gambaran
radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah penebalan pleura, efusi
pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru
atau pleura).
c. Pemeriksaan
fungsi paru
Penurunan
kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu:
kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan
jaringan paru dan penyakit pleural.
G. Penatalaksanaan
medis dan keperawatan
1. Farmakologi
Terdapat
2 macam sifat/aktivitas obat terhadap tuberculosis , yaitu sebagai berikut:
·
Aktivitas
bakterisid
Disini
obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih
aktif). Aktivitas bakteriosid biasanya diukur dengan kecepataan obat tersebut
membunuh atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil
yang negatif (2 bulan dari permulaan pengobatan).
·
Aktivitas
sterilisasi
Disini
obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat (metabolismenya
kurang aktif). Aktivitas sterilisasi diukur dari angka kekambuhan setelah
pengobatan dihentikan.
Pengobatan
penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam obat saja. Kenyataan
dengan pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi resistensi. Untuk mencegah
terjadinya resistensi ini, terapi tuberculosis dilskukan dengan memakai
perpaduan obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang bersifat bakterisid.
Dengan memakai perpaduan obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan
karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih serta pola
resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH
b. keperawatan
·
Penyuluhan
·
Pencegahan
·
Pemberian
obat-obatan
o
OAT
(obat anti tuberculosis)
o
Bronchodilator
o
Ekspectoran
o
OBH
(obat batuk hitam)
o
Vitamin
·
Fisioterapi
dan rehabilitasi
·
Konsultasi
secara teratur
H.
Asuhan
keperawatan TBC
a.
Pengkajian
1)
Identitas klien
Nama
: Ny. B
Jenis
Kelamin : perempuan
Usia : 37 Tahun
Status
Perkawinan : Kawin
Agama
: Kristen
Suku
Bangsa : Jawa
Bahasa
Yang Digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alam : Jl.
Miapa Mioleng no.4 rt 02/03
Sumber
biaya : Jamkesmas
2)
Keluhan utama
3)
Riwayat penyakit sekarang
Pasien masuk rumah sakit. Pada
pemeriksaan pasien ditemukan tanda dan gejala penyakit tuberculosis paru,
kemudian dilakukan pemeriksaan diagnostic seperti sputum, poto thoraks terlihat
adanya gumpalan putih, hasil tuberculin test positif (+), segera dilakukan
penatalaksanaan untuk menangani penyakit TB.
4)
Riwayat penyakit terdahulu
-
5)
Riwayat kesehatan lingkungan
Klien
mengatakan bahwa klien tinggal di daerah yang pandat penduduk, lingkungan kumuh
dan rumahnya tidak ada ventilasi dan kurang pencahayaan.
6)
Riwayat Psikososial
Klien merasa takut akan
penyakitnya dan menganggap penyakitnya itu mematikan.
7)
Riwayat pekerjaan dan pola hidup
Klien mengatakan bekerja sebagai buruh
cuci dan klien tidak memakai masker saat keluar rumah.
8)
Data
Fokus
DATA SUBJEKTIF
|
DATA OBJEKTIF
|
- Klien
mengatakan sering mengalami demam ringan (meriang)
- Badan
terasa letih
- Berat
badan menurun
- Keringat
pada malam hari
- Batuk
berdarah
|
- Suhu
= 38,5 oC
- Berat
badan menurun dari 60 kg menjadi 48 kg,turun 12 kg (anoreksia)
- Keringat
pada malam hari (+)
- Sputum
disertai darah (+)
- Tuberculin
test (+)
- Photo
thorax terlihat bercak putih di apeks paru
- RR
= 24 x permenit
- TD
= 110/70 mmHg
- HR
= 80 x permenit
|
b.
Diagnosa
Keperawatan
DATA
FOKUS
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
DS
klien mengatakan:
- Batuk
berdarah
- Demam
- Keringat
pd malam hari
DO
klien terlihat :
- Batuk
dgn Sputum bercampur darah
- Tuberculin
test (+)
- Suhu
= 38,5 oC
- HR
= 78 x permenit
- RR
= 24 x permenit
- TD
= 110/70 mmHg
- Rongent
Thorax (+)
- Terlihat
bercak putih
|
Bersihan jalan nafas tidak efektif
|
Berkaitan
dengan Secret kental / secret darah
|
DS
klien mengatakan :
- Tidak
nafsu makan
- Cepat
letih
- Berat
badan turun 12 kg
- Mual
- Tidak
suka makan rumah sakit
DO
klien terlihat :
- Antropometri
: berat badan turun 12 kg (60-48)
- Biokimia
; Eritrosit : 4 – 5 (juta/ul)
Haemoglobin (Hb) : 12 – 15 (g/dl) Hematokrit (Ht) : 36 – 47 (%) Trombo sit : 150.000 – 400.000(/ul) Leukosit : 5.000 – 10.000(/ul) Laju Endap Darah (LED) : < 15 (mm/jam)
- Chemical
sain : Rhonki (+), konjungtivaanemis (+) , mukosa bibir (kering), togor kulit
jelek
- Diathistori
: klien tidak suka makan telur, dan sayuran
|
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan
|
Berkaitan dengan intake yang tidak ade
kuat
|
DS
klien mengatakan :
- Tidak
mengetahui tentang proses penyakit
- Pasien
tidak punya dana untuk berobat
DO
klien terlihat :
- Tinggal di daerah padat penduduk,
di pinggir kali,
- Perkampungan
kumuh
- Dirumahnya
kurang ventilasi dan pencahayaan
|
Ketidaktahuan tentang penyakit
|
Berkaitan dengan kurangnya informasi
|
c.
Intervensi
Keperawatan
DX
|
TUJUAN
DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
1
|
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan :
- Pasien
menyatakan bahwa batuk berkurang atau hilang, tidak ada sesak dan secret
berkurang.
- Suara
nafas normal (vesikular)
- Tanda-tanda
Vital :
Tekanan Darah :
100/60 – 130/80 mmHg
RR : normal (12-20
X/menit),
Suhu normal
(36-370C),
- Tidak
ada dipsnue
|
MANDIRI
1. Mengkaji
fungsi respirasi antara lain suara, jumlah, irama, dan kedalaman nafas, serta
catatan pula mengenai penggunaan otot nafas tambahan
Rasionalnya : adanya
perubahan fungsi respirasi dan penggunaan otot tambahan menandakan kondisi
penyakit yang masih dalam kondisi penanganan penuh
2. Mencatat
kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk secara efektif
Rasional : ketidak
mampuan mengeluarkan secret menjadikan timbulnya penumpukan berlebihan pada
saluaran penafasan
3. Mengatur
posisi tidur semi/ high fowler. Membantu pasien untuk berlatih batuk secara
efektif dan menarik nafas dalam
Rasional : posisi
semi atau high fowler memberikan kesempatan paru-paru berkembang secara
maksimal akibat diagfagma turun kebawah. Batuk efektif mempermudah
ekspetorasi mucus.
4. Membersihkan
secret dari mulut dan trakea, suction jika memungkinkan
Rasional ; pasien
dalam kondisi sesak cenderung bernafas melalui mulut yang jika tidak di
tindak lanjuti akan mengakibatkan stomatitis.
Kolaborasi
1.
Memberikan O2 udara inspirasi yang lembab.
Rasional:
berfungsi meningkatkan kadar tekanan parsial O2 dan saturasi O2 dalam darah.
2.
Memberikan pengobatan atas indikasi:
a.
Agen mukolitik
Missal:
Acetilcystein
b.
Bronkodilator:
c.
Kortokosteroid (prednison)
Rasional:berfungsi untuk mengencerkan dahak dan
meningkatkan atau memperlebar saluran udara
|
2
|
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan :
- Diharapkan
perasaan mual berkurang atau hilang
- Pasien
mengatakan nafsu makan meningkat
- Berat
badan pasien tidak mengalami penurunan drastic (stabil)
- Pasien
terlihat dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan
- Hasil
analisis laboratorium menyatakan protein darah/albumin darah dalam rentang
normal
|
MANDIRI
1.
Mendokumentasikan status nutrisi
pasien serta mencatat tugor kulit, berat badab saat ini, tingkat kehilangan
berat badan, integritas mukosa mulut, tonus perut
Rasional:
menjadi data focus merencanakan tindakan selanjutnya
2.
Memberikan oral care sebelumdan
sesudah penatalaksanaan respiration
Rasional:
meningkatkan kenyamanan daerah mulut sehingga akan meningkatkan perasaan
nafsu makan
3.
Anjurkan makan sedikit tapi
sering
Rasional:
meningkatkan intake makanan dan nutrisi pasien, terutama kdar protein tinggi
yang dapat meningkatkan mekanisme tubuh dalam proses penyembuhan.
Kolaborasi:
1.
Menganjurkan kepada ahli gizi untuk menentukan
komposisi diet
Rasional:
menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat bagi pasien
2.
Monitor pemeriksaan laboratorium: serum protein,
dan albumin
Rasioanl:
mengontrol ketidak efektifan tindakan terutama dengan kadar protein darah.
|
3
|
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan :
- Pasien
mengerti proses terjadinya penyakit TBC
- Pasien
dapat menciptakan lingkungan yang sehat di dalam keluarganya
- Pasien
mengerti penyakit TBC
- Pasien mengerti pencegahan penyakit TBC.
|
MANDIRI
1. Beri penyuluhan kepada pasien dan
keluarga tentang penyakit TBC
Rasional: dengan
pengetahuan maka penyakit dapat di cegah.
|
02.09
|
Label:
SISTEM RESPIRASI
|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
2 komentar:
makasih banyak ya gan ilmunya mengenai askep tbc,salam kenal
When i visited this post and saw the information on Pulmonary Tuberculosis (TBC), i was astonised as this is the very first time i am hearing of it. I can imagine the agony that a patient goes through, not able to breathe well. Creating awareness regarding the disease is a great thing to do. Keywords Optimization Help Thank you
Posting Komentar