ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PJB
A.
DEFINISI
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa
sejak lahir, karena sudah terjadi ketika bayi masih dalam kandungan. Pada akhir
kehamilan 7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap; jadi kelainan
pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan. Penyebab PJB seringkali
tidak bisa diterangkan, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi
sebagai penyebab (Rahayoe, 2006).
Kelainan jantung kongenital atau bawaan adalah kelainan jantung
atau malformasi yang muncul saat kelahiran, selain itu kelainan jantung
kongenital merupakan kelainan anatomi jantung yang dibawa sejak dalam kandungan
sampai dengan lahir. Kebanyakan kelainan jantung kongenital meliputi malformasi
struktur di dalam jantung maupun pembuluh darah besar, baik yang meninggalkan
maupun yang bermuara pada jantung (Nelson, 2000). Kelainan ini merupakan kelainan
bawaan tersering pada anak, sekitar 8-10 dari 1.000 kelahiran hidup.
Kelainan jantung bawaan ini tidak selalu memberi gejalan segera
setelah bayi lahir, tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah
pasien berumur beberapa bulan atau bahkan ditemukan setelah pasien berumur
beberapa tahun Kelainan ini bisa saja ringan sehingga tidak terdeteksi
saat lahir. Namun pada anak tertentu, efek dari kelainan ini begitu berat
sehingga diagnosis telah dapat ditegakkan bahkan sebelum lahir. Dengan kecanggihan
teknologi kedokteran di bidang diagnosis dan terapi, banyak anak dengan
kelainan jantung kongenital dapat ditolong dan sehat sampai dewasa (Ngustiyah,
2005).
B.
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya PJB belum dapat diketahui secara pasti, tetapi
ada beberapa faktor yang di duga memmpunyai pengaruh pada penyakit peningkatan
angka kejadia PJB.
Faktor-faktor
tersebut adalah :
1.
Faktor
prenatal :
a.
Ibu
menderita penyakit infeksi : rubela
b.
Ibu
alkoholisme
c.
Umur
ibu lebih dari 40 tahun
d.
Ibu
menderita peyakit diabetes melitus yang memerlukan insulin
e.
Ibu
meminum obat-obatan penenang atau jamu
2.
Faktor
genetik
a.
Anak
yang lahir sebelumnya menderita PJB
b.
Ayah/ibu
menderita PB
c.
Kelainan
kromosom misalnya sindrom down
d.
Lahir
dengan kelainan bawaan yang lain
C. KLASIFIKASI
PJB dapat dibagi 2 golongan besar, yaitu :
1.
GOLONGAN
PJB ASIANOTIK (TIDAK BIRU), Meliputi :
a.
Defek
septum atrium (ASD)
b.
Defek
septum ventrikel (VSD)
c.
Duktus
anterior paten (PDA)
d.
Stenosis
pulmonal (PS)
2.
GOLONGAN
PJB SIANOTIK (BIRU),Meliputi :
a.
Tetralogi
of fallot (TOF)
b.
Transpotition
of the Great Arteries (TGA)
D.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1)
Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan
adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada
umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %.
Nilai BGA menunjukkan peningkatan
tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2)
dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
2)
Radiologis
Sinar X
pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran
jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti
sepatu.
3)
Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke
kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P
pulmonal
4) Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta,
overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,penurunan ukuran arteri
pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru.
5) Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel
multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal
perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan
ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.
A.
ASUHAN KEPERAWATAN PJB
Pengkajian
-
Pengkajian fisik
(warna, nadi, pernafasan, TD, auskultasi dada)
-
Riwayat Keluarga
-
Riwayat
kehamilan
-
Pengkajian
manifestasi penyakit jantung congenital
-
Kelainan
jaringan kolagen
-
Komplikasi atau
konsekuensi hipoksemia
-
Pembangunan
tubuh lemah
-
Dispnea pada
aktivitas
-
Keletihan
Diagnosa
Keperawatan
1.
Risiko tinggi
penurunan curah jantung b.d defek struktur
2. Perubahan
pertumbuhan dan perkembangan b.d ketidakadekuatan oksigen dan nutrienpada
jaringan
3. Risiko
tinggi infeksi b.d status fisik lemah
4. Perubahan
proses keluarga b.d mempunyai anak dengan penyakit jantung
5.
Risiko tinggi
cedera (komplikasi) b.d kondisi jantung dan terapi
Intervensi
1.
Periksa darah,
indeks sel darah merah
2. Kaji
analisis gas darah arteri
3. Uji
oksigen
4. Beri
obat penurun afterload sesuai instruksi
5. Beri
diuretic sesuai instruksi
6. Berikan
periode istirahat yang sering dan periode tidur tanpa gangguan
7. Anjurkan
aktivitas tenang
8. Beri
diet tinggi nutrisi yang seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat
9. Pantau
tinggi dan berat badan
10. Dorong
keluarga untuk berpartisipasi dalam proses perawatan
11.
Ajarkan keluarga
untuk mengenali tanda-tanda komplikasi
Hasil
yang diharapkan
1.
Frekuensi
jantung, TD dan perfusi perifer berada pada batas normal sesuai usia
2. Keluar
urin yang adekuat (antara 0,5 dan 2ml/kg, tergantung usia)
3. Anak
mencapai pertumbuhan yang adekuat
4. Keluarga
dapat menghadapi gejala anak dengan positif
5.
Keluarga
mengenali tanda-tanda komplikasi dan melakukan tindakan yang tepat
Implementasi
1.
Memeriksa darah,
indeks sel darah merah
2. Mengkaji
analisis gas darah arteri
3. Menguji
oksigen
4. Memberikan
obat penurun afterload sesuai instruksi
5. Memberikan
diuretic sesuai instruksi
6. Memberikan
periode istirahat yang sering dan periode tidur tanpa gangguan
7. Menganjurkan
aktivitas tenang
8. Memberikan
diet tinggi nutrisi yang seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat
9. Memantau
tinggi dan berat badan
10. Mendorong
keluarga untuk berpartisipasi dalam proses perawatan
11.
Mengajarkan
keluarga untuk mengenali tanda-tanda komplikasi
22.28 | Label: SISTEM KARDIOVASKULER 1 | 0 Comments
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIC
I.
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
A.
Pengertian
Disseminated Intravascular
Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana bekuan- bekuan darah kecil
tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah
kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk mengendalikan perdarahan.
Disseminated
Intravascular Coagulation adalah gangguan dimana terjadi koagulasi atau
fibrinolisis (destruksi bekuan). DIC dapat terjadi pada sembarang malignansi,
tetapi yang paling umum berkaitan dengan malignansi hematologi seperti leukemia
dan kanker prostat, traktus GI dn paru-paru. Proses penyakit tertentu yang
umumnya tampak pada pasien kanker dapat juga mencetuskan DIC termasuk sepsis,
gagal hepar dan anfilaksis. ( Brunner & Suddarth, 2002)
Keadaan ini
diawali dengan pembekuan darah yang berlebihan, yang biasanya dirangsang oleh
suatu zat racun di dalam darah. Pada saat yang bersamaan, terjadi pemakaian
trombosit dan protein dari faktor-faktor pembekuan sehingga jumlah faktor
pembekuan berkurang, maka terjadi perdarahan yang berlebihan.
B.
Etiologi
Hal – hal yang dapat memyebabkan DIC
:
· Fetus mati dalam kandungan
· Abortus
· Trauma Bisa ular
· Syok
· Infeksi
· Anoksemia
· Asidosis
· Perubahan suhu
· Autoimun
· Sirkulasi extrakorporeal
· Keganasan
· Hemolisis
Orang-orang yang memiliki resiko paling tinggi untuk menderita
DIC:
- Wanita yang telah menjalani pembedahan kandungan atau
persalinan disertai komplikasi, dimana jaringan rahim masuk ke dalam aliran
darah
- Penderita infeksi berat, dimana bakteri melepaskan
endotoksin (suatu zat yang menyebabkan terjadinya aktivasi pembekuan)
- Penderita leukemia tertentu atau penderita kanker
lambung, pankreas maupun prostat.
Sedangkan orang - orang yang memiliki resiko tidak
terlalu tinggi untuk menderita DIC:
- Penderita cedera kepala yang hebat
- Pria yang telah menjalani pembedahan prostate
- Terkena gigitan ular berbisa
C.
Patofisiologi
Tubuh mempunyai berbagai mekanisme
untuk mencegah pembekuan darah dengan terdapatnya kecepatan aliran darah.
Selain itu, aktifitas faktor pembekuan darah bisa dibawah normal hingga tidak
menyebabkan pembekuan. Peranan hati membersihkan faktor-faktor pembekuan dan
mencegah pembentukkan trombin, antara lain dengan anti trombin III. Dalam
beberapa keadaan, misalnya aliran darah yang lambat atau oleh karena syok,
kegagalan hati, dan hipoksemia dapat menyebabkan DIC.
Dalam
keadaan ini, terjadi fibrinolisis disebabkan plasminogen diubah menjadi plasmin
dan terjadilah penghancuran fibrinogen. Akibatnya, faktor V dan VII yang
menstabilkan darah dalam pembuluh darah tidak aktif, sehingga dapat terjadi DIC.
Pada diatesis hemoragik, seluruh trombosit dan faktor koagulasi digunakan untuk
bembekuan darah, sehingga tidak terdapat faktor yang mempertahankan integritas
pembuluh darah sebagai akibatnya darah menembus keluar pembuluh darah.
Emboli
cairan amnion yang disertai KID sering mengancam jiwa dan dapat menyebabkan
kematian. Gejala KID karena emboli cairan amnion yaitu gagal nafas akut, dan
renjatan. Pada sindrom mati janin dalam uterus yang lebih dari 5 minggu yang
ditemukan KID pada 50% kasus. Biasanya pada permulaan hanya KID derajat rendah
dan kemudian dapat berkembang cepat menjadi KID fulminan.Dalam keadaan seperti
ini nekrosis jaringan janin, dan enzim jaringan nekrosis tersebut akan masuk
dalam sirkulasi ibu dan mengaktifkan sistem koagulasi dan fibrinolisis,dan
terjadi KID fulminan.
Pada
kehamilan dengan eklamsia ditemukan KID derajat rendah dan sering pada organ
khusus seperti ginjal dan mikrosirkulasi plasenta. Namun perlu diingat bahwa
10-15% KID derajat rendah dapat berkembang menjadi KID fulminan. Abortus yang
diinduksi dengan garam hipertonik juga sering disertai KID derajat rendah,
sampai abortus komplet,namun kadang dapt menjadi fulminan.
Hemolisis
karena reaksi transfusi darah dapat memicu sistem koagulasi sehingga terjadi
KID. Akibat hemolisis,sel darah merah (SDM) melepaskan adenosine difosfat (ADP)
atau membrane fosfolipid SDM yang mengaktifkan sistem koagulasi baik sendiri
maupun secara bersamaan dan menyebabkan KID.
Pada
septikimia KID terjasi akibat endotoksin atau mantel polisakarida bakteri
memulai koagulasi dengan cara mengaktifkan factor F XII menjadi FXIIa,
menginduksi pelepasan reaksi trombosit,menyebabkan endotel terkelupas yang
dilanjutkan aktivasi F XII men F X-Xia,dan pelepasan materi prokoagulan dari
granulosit dan semuanya ini dapat mencetuskan KID.
Terakhir
dilaporkan bahwa organism gram positif dapat menyebabkan KID dengan mekanisme
seperti endotoksin, yaitu mantel bakteri yang terdiri dari mukopolisakarida
menginduksi KID.
D.
Manifestasi
Klinik
Gejala klinis bergantung pada
penyakit dasar,akut atau kronik,dan proses patologis yang mana lebih
utama,apakah akibat thrombosis mikrovaskular atau diathesis hemoragik. Kedua
proses patologis ini menimbulkan gejala klinis yang berbeda dan dapat ditemukan
dalam waktu yang bersamaan.
Perdarahan
dapat terjadi pada semua tempat. Dapat terlihat sebagai petekie,
ekimosis,perdarahan gusi,hemoptisis,dan kesadaran yang menurun sampai koma
akibat perdarahan otak. Gejala akibat thrombosis mikrovaskular dapat berupa
kesadaran menurun sampai koma,gagal ginjal akut,gagal napas akut dan iskemia
fokal,dan gangrene pada kulit
Mengatasi perdarahan pada
KID sering lebih mudah daripada mengobati akibat thrombosis pada mikrovaskular
yang menyababkan gangguan aliran darah,iskemia dan berakhir dengan kerusakan
organ yang menyebabkan kematian.
E. Komplikasi
- Acute
respiratory distress syndrome (ARDS)
- Penurunan
fungsi ginjal
- Gangguan
susunan saraf pusat
- Gangguan
hati
- Ulserasi
mukosa gastrointestinal : perdarahan
- Peningkatan
enzyme jantung : ischemia, aritmia
- Purpura
fulminan
- Insufisiensi
adrenal
- Lebih dari
50% mengalami kematian
Orang-orang
yang memiliki resiko paling tinggi untuk menderita DIC :
- Wanita yang
telah menjalani pembedahan kandungan atau persalinan disertai komplikasi,
dimana jaringan rahim masuk ke dalam aliran darah
- Penderita
infeksi berat, dimana bakteri melepaskan endotoksin (suatu zat yang menyebabkan
terjadinya aktivasi pembekuan
- Penderita
leukemia tertentu atau penderita kanker lambung, pankreas maupun prostat.
Orang-orang
yang memiliki resiko tidak terlalu tinggi untuk menderita DIC :
- Penderita
cedera kepala yang hebat
- Pria yang
telah menjalani pembedahan prostat
- Terkena
gigitan ular berbisa.
-
F.
Pemeriksaan
Penunjang
DIC adalah suatu kondisi yang sangat kompleks dan sangat sulit untuk
didiagnosa. Tidak ada single test yang digunakan untuk mendiagnosa DIC. Dalam beberapa kasus, beberapa tes yang berbeda digunakan
untuk diagnose yang akurat.
Tes yang dapat digunakan untul mendiagnosa DIC termasuk:
1. D-dimer
Tes darah ini membantu menentukan proses pembekuan
darah dengan mengukur fibrin yang dilepaskan. D-dimer pada orang yang mempunyai
kelainan biasanya lebih tinggi dibanding dengan keadaan normal.
2. Prothrimbin
Time (PTT)
Tes darah ini digunakan untuk mengukur berapa lama
waktu yang diperlukan dalam proses pembekuan darah. Sedikitnya ada belasan
protein darah, atau factor pembekuan yang diperlukan untuk membekukan darah dan
menghentikan pendarahan. Prothrombin atau factor II adalah salah satu dari
factor pembekuan yang dihasilkan oleh hati. PTT yang memanjang dapat digunakan
sebagai tanda dari DIC.
3. Fibrinogen
Tes darah ini digunakan untuk mengukur berapa banyak
fibrinogen dalam darah. Fibrinogen adalah protein yang mempunyai peran dalam
proses pemnekuan darah. Tingkant fibrinogen yang rendah dapat menjadi tanda
DIC. Hal ini terjadi ketika tubuh menggunakan fibrinogen lebih cepat dari yang
diproduksi.
4. Complete
Blood Count (CBC)
CBC merupakan pengambilan sampel darah dan menghitung
jumlah sel darah merah dan sel darah putih. Hasil pemeriksaan CBC tidak dapat
digunakan untuk mendiagnosa DIC, namun dapat memberikan informasi seorang
tenaga medis untuk menegakkan diagnose.
5. Hapusan
Darah
Pada tes ini, tetes darah adalah di oleskan pada slide
dan diwarnai dengan pewarna khusus. Slide ini kemudian diperiksa dibawah
mikroskop jumlah, ukuran dan bentuk sel darah merah, sel darah putih,dan
platelet dapat di identifikasi. Sel darah sering terlihat rusak dan tidak
normal pada pasien dengan DIC.
Skor Tes Pembekuan
Scoring system untuk DIC diajukan
oleh ISTH
(International Society on
thrombosis and Hemostasis)
|
||||
Skor atau
Skala
|
0
|
1
|
2
|
3
|
Jumlah
Platelet
(x109/L)
|
>100
|
<100
|
<50
|
|
PT (detik)
|
<3
|
>3 but
<6
|
≥6
|
|
Fibrinogen(g/L)
|
>1
|
<1
|
||
Fibrin-related
markers* (meningkat)
|
Tidak
meningkat
|
Meningkat
sedang
|
Peningkatan
yang tajam
|
|
TOTAL
|
Jika ≥5,
overt DIC- tes diulang setiap hari. Jika <5, non-overt DIC – tes diulang 1-2 hari
setelah tes pertama dilakukan.
|
|||
*jalan pintas dari penilaian fibrin yang berhubungan
dengan penanda yang ditegakkan untuk tes spesifik.
|
||||
(diadaptasi dari Franchini, et al., 2006, 6)
|
G.
Penatalaksaan Medis
Penatalakasanaan
KID yang utama adalah mengobati penyakit yang mendasari terjadinya KID. Jika
hal ini tidak dilakukan , pengobatan terhadap KID tidak akan berhasil. Kemudian pengobatan lainnya yang
bersifat suportive dapat diberikan.
1)
Antikogulan
Secara
teoritis pemberian antikoagulan heparin akan menghentikan proses pembekuan,
baik yang disebabkan oleh infeksi maupun oleh penyebab lain. Meski pemberian
heparin juga banyak diperdebatkan akan menimbulkan perdarahan, namun dalam
penelitian klinik pada pasien KID, heparin tidak menunjukkan komplikas
perdarahan yang signifikan.
Dosis
heparin yang diberikan adalah 300 – 500 u/jam dalam infus kontinu.
Indikasi :
- Penyakit dasar tak dapat diatasi
dalam waktu singkat
- Terjadi perdarahan meski penyakit
dasar sudah diatasi
- Terdapat tanda-tanda trombosis dalam
mikrosirkulasi, gagal ginjal, gagal hati, sindroma gagal nafas
Dosis : 100iu/kgBB
bolus dilanjutkan 15-25 iu/kgBB/jam (750-1250 iu/jam) kontinu, dosis
selanjutnya disesuaikan untuk mencapai aPTT 1,5-2 kali control
Low
molecular weight heparin dapat
menggantikan unfractionated heparin.
2)
Plasma
dan trombosit
Pemberian
baik plasma maupun trombosit harus bersifat selektif. Trombosit diberikan hanya
kepada pasien KID dengan perdarahan atau pada prosedur invasive dengan
kecenderungan perdarahan. Pemberian plasma juga patut dipertimbangkan, karena
di dalam palasma hanya berisi faktor-faktor pembekuan tertentu saja, sementara
pada pasien KID terjadi gangguan seluruh faktor pembekuan.
3)
Penghambat pembekuan (AT III)
Pemberian
AT III dapat bermanfaat bagi pasien KID, meski biaya pengobatan ini cukup
mahal.
Direkomendasikan sebagai terapi substitusi bila AT
III<70%
Dosis : Dosis
awal 3000 iu (50 iu/kgBB) diikuti 1500 iu setiap 8 jam dengan infus kontinu
selama 3 – 5 hari.
Rumus : 1 iu x BB
(kg) x ∆ AT III, dengan target AT III > 120%
AT III x 0,6 x BB (kg), dengan
target AT III > 125%
4)
Obat-obat antifibrinolitik
Antifibrinolitik sangat efektif pada
pasien dengan perdarahan, tetapi pada pasien KID pemberian antifibrinolitik
tidak dianjurkan. Karena obat ini akan menghambat proses fibrinolisis sehingga
fibrin yang terbentuk akan semakin bertambah, akibatnya KID yang terjadi akan
semakin berat.
Tidak
ada penatalaksanaan khusus untuk DIC selain mengobati penyakit yang
mendasarinya, misalnya jika karena infeksi, maka bom antibiotik diperlukan
untuk fase akut, sedangkan jika karena komplikasi obstetrik, maka janin harus
dilahirkan secepatnya.
Transfusi trombosit dan komponen
plasma hanya diberikan jika keadaan pasien sudah sangat buruk dengan
trombositopenia berat dengan perdarahan masif, memerlukan tindakan invasif,
atau memiliki risiko komplikasi perdarahan. Terbatasnya syarat transfusi ini
berdasarkan pemikiran bahwa menambahkan komponen darah relatif mirip menyiram
bensin dalam api kebakaran, namun pendapat ini tidak terlalu kuat, mengingat
akan terjadinya hiperfibrinolisis jika koagulasi sudah maksimal. Sesudah
keadaan ini merupakan masa yang tepat untuk memberi trombosit dan komponen
plasma, untuk memperbaiki kondisi perdarahan.
Satu-satunya terapi medikamentosa
yang dipakai ialah pemberian antitrombosis, yakni heparin. Obat kuno ini tetap
diberikan untuk meningkatkan aktivitas antitrombin III dan mencegah konversi
fibrinogen menjadi fibrin. Obat ini tidak bisa melisis endapan koagulasi, namun
hanya bisa mencegah terjadinya trombogenesis lebih lanjut. Heparin juga mampu
mencegah reakumulasi clot setelah terjadi fibrinolisis spontan. Dengan dosis
dewasa normal heparin drip 4-5 U/kg/jam IV infus kontinu, pemberian heparin
harus dipantau minimal setiap empat jam dengan dosis yang disesuaikan. Bolus
heparin 80 U tidak terlalu sering dipakai dan tidak menjadi saran khusus pada
jurnal-jurnal hematologi. Namun pada keadaan akut pemberian bolus dapat menjadi
pilihan yang bijak dan rasional. Apalagi ancaman DIC cukup serius, yakni
menyebabkan kematian hingga dua kali lipat dari risiko penyakit tersebut tanpa
DIC. Semakin parah kondisi DIC, semakin besar pula risiko kematian yang harus
dihadapi.
ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DIC
1. PENGKAJIAN
1)
Data
Pasien :
Nama :
Nn. Danias
Tempat, Tanggal Lahir :
Bandung, 23 Januari 1988
Alamat :
Tangerang Selatan, No 27
Umur :
24 tahun
Jenis kelamin :
Perempuan
Agama :
Islam
Suku :
Jawa
Pekerjaan :
Karyawan
Status perkawinan :
Belum Nikah
Status pendidikan :
SMA
2)
Riwayat
penyakit :
Keluhan
Utama :
Nyeri pada tangan tangan dan timbul bercak-bercak merah
pada kulit
Riwayat
Penyakit Sekarang :
Nyeri dan demam dengan suhu tinggi >38 sehingga perlu
rawat inap di RS pada tanggal 23 november 2011
Riwayat
Penyakit Dahulu :
Menderita penyakit ginjal
Riwayat
Kesehatan Keluarga :
-
3)
Pemeriksaan
fisik
Perdarahan abnormal pada semua system dan pada sisi
prosedur invatif
a. Kulit dan
mukosa membrane
-
Perembesan difusi darah atau plasma
-
Purpura yang teraba pada awalnya di dada dan abdomen
-
Bula hemoragi
-
Hemoragi subkutan
-
Hematoma
-
Luka bakar karena plester sianosis akral ( estrimitas berwarna agak
kebiruan, abu –abu, atau ungu gelap )
-
Akrosianosis ( ketidakteraturan bentuk bercaksianosis pada lengan perifer
dan kaki )
b. Sistem GI
-
Mual dan muntah
-
Uji guayak positif pada emesis atau aspirasi
-
Nasogastrik dan feses
-
Nyeri hebat pada abdomen
-
Peningkatan lingkar abdomen
c. Sistem ginjal
-
Hematuria
-
Oliguria
-
Penurunan pengeluaran urin
d. Sistem pernafasan
-
Dispnea
-
Takipnea
-
Sputum mengandung darah
-
Orthopnea
e. Sistem kardiovaskuler
-
Hipotensi meningkat dan postural
-
Frekuensi jantung meningkat
-
Nadi perifer tidak teraba
f. Sistem saraf perifer
-
Perubahan tingkat kesadaran
-
Gelisah
-
Ketidaksadaran vasomotor
g. Sistem muskuloskeletal
-
Nyeri : otot,sendi,punggung
h. Perdarahan sampai hemoragi
-
Insisi operasi
-
Uterus post partum
-
Fundus mata perubahan visual
-
Pada sisi prosedur invasif : suntikan, IV, kateter arteral dan selang
nasogastrik atau dada, dll.
-
Kerusakan perfusi jaringan
I. Serebral : perubahan pada
sensorium, gelisah, kacau mental, sakit kepala
DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF
|
DATA OBJEKTIF
|
1. Klien mengatakan pada kulitnya
terlihat bercak merah
2. Klien mengatakan adanya luka pada
kulit nya
3. Klien mengatakan mual dan muntah
4. Klien mengeluh nyeri pada perut nya
5. Klien mengeluh nyeri : otot,sendi,punggung
6. Klien mengatakan jika kencing nya
terdapat darah
7. Klien mengeluh buang air kecil terus
8. Klien mengeluh sesak napas
9. Klien mengatakan terdapat darah dalam
sputum nya
10. Klien mengeluh gelisah
11. Klien mengeluh tidak tenang dan merasa
dirinya kacau
12. Klien mengeluh akral nya dingin
13. Klien mengeluh badan nya kecil
14. Klien mengatakan tidak napsu makan
15. Klien mengeluh lemah dan lemas
16. Klien mengatakan gusi nya berdarah
17. Klien mengatakan kadang mimisan
|
1. TTV =
Nadi : 130 X / menit
Napas : 30 x / menit
Suhu : 40oC
TD : 80 / 50 mmHg
2. Klien terlihat kurus dan terjadi penurunan berat badan
: 46 kg
3. Pada klien ditemukan hipotensi
meningkat dan postural
4. Klien terlihat napas cepat dan dangkal
5. Pada klien ditemukan orthopnea
6. Pada klien ditemukan frekuensi
jantung meningkat
7. Pada klien ditemukan nadi perifer tidak
teraba
8. Klien terlihat perembesan difusi darah atau
plasma
9. Pada klien terlihat purpura
10. Pada klien ditemukan bula hemoragi
11. Pada klien ditemukan hemoragi
subkutan dan hematoma
12. Klien terlihat mual dan muntah
13. Klien terlihat meringis sakit
14. Klien terlihat memegangi perut nya
15. Pada klien ditemukan akral dingin
16. Pada klien ditemukan darah dalam urin
17. Klien terlihat pucat
18. Pada klien ditemukan penurunan
pengeluaran urin
19. Klien terlihat sesak napas (Dispnea)
20. Pada klien ditemukan sputum
mengandung darah
21. Pada klien terlihat perubahan
tingkat kesadaran
22. Klien terlihat gelisah
23. Pada klien ditemukan ketidaksadaran
vasomotor
24. Pada klien ditemukan perubahan pada sensorium, kacau mental, sakit kepala
25. Pada hasil pemeriksaan diagnostik :
- Uji guayak positif pada emesis
atau aspirasi
|
2. ANALISA DATA
DATA
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
DS :
- Klien mengatakan pada kulitnya
terlihat bercak merah
- Klien mengatakan adanya luka pada
kulit nya
- Klien mengatakan jika kencing nya
terdapat darah
- Klien mengatakan gusi nya berdarah
- Klien mengatakan kadang mimisan
DO :
- TTV =
- Nadi : 130 X / menit
- Napas : 30 x / menit
- Suhu : 40oC
- TD : 80 / 50 mmHg
- Pada klien terlihat purpura
- Pada klien ditemukan bula hemoragi
- Pada klien ditemukan hemoragi
subkutan dan hematoma
- Pada klien ditemukan sputum
mengandung darah
- Pada klien terlihat perubahan
tingkat kesadaran
|
Resiko terjadi perdarahan
|
Penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni)
|
DS :
- Klien mengeluh buang air kecil terus
- Klien mengeluhkan mual dan muntah
DO
:
- TTV =
- Nadi : 130 X / menit
- Napas : 30 x / menit
- Suhu : 40oC
- TD : 80 / 50 mmHg
- Pada
klien ditemukan capilarry refill > 2 detik
- Pada klien ditemukan hipotensi
meningkat dan postural
- Klien terlihat napas cepat dan dangkal
- Pada klien ditemukan orthopnea
- Pada klien ditemukan frekuensi
jantung meningkat
- Pada klien ditemukan nadi perifer
tidak teraba
|
Defisit volume cairan
|
Pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
|
DS :
- Klien mengatakan pada kulitnya
terlihat bercak merah
- Klien mengatakan adanya luka pada
kulit nya
- Klien mengatakan jika kencing nya
terdapat darah
- Klien mengatakan gusi nya berdarah
- Klien mengatakan kadang mimisan
DO :
- TTV =
- Nadi : 130 X / menit
- Napas : 30 x / menit
- Suhu : 40oC
- TD : 80 / 50 mmHg
- Pada klien terlihat purpura
- Pada klien ditemukan bula hemoragi
- Pada klien ditemukan hemoragi
subkutan dan hematoma
- Pada klien ditemukan sputum
mengandung darah
- Pada klien terlihat perubahan
tingkat kesadaran
|
Resiko Syok hipovolemik
|
Perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler
ke ekstravaskuler.
|
DS :
-
Klien
mengatakan badan nya kurus
- Klien mengeluh nyeri pada perut nya
- Klien mengatakan mual dan muntah
DO:
- Klien terlihat gelisah
- Klien terlihat sesak napas (Dispnea)
- Klien terlihat memegangi perut nya
- Klien terlihat mual dan muntah
- Klien terlihat kurus dan terjadi penurunan berat badan
: 46 kg
- Ditemukan porsi makan nya setengah
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Intake nutrisi yang tidak
adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
|
DS :
- Klien mengatakan tidak napsu makan
- Klien mengeluh lemah dan lemas
- Klien mengeluh tidak tenang dan merasa
dirinya kacau
- Klien mengeluh gelisah
DO:
- Pada klien ditemukan frekuensi
jantung meningkat
- Klien terlihat meringis sakit
- Pada klien ditemukan akral dingin
- Klien terlihat pucat
- Klien terlihat gelisah
- Pada klien ditemukan perubahan pada sensorium, kacau mental, sakit kepala
|
Kecemasan
(ansietas)
|
ancaman kematian
|
3. DIAGNOSA
Diagnosa
keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan DIC adalah sebagai berikut :
1) Resiko
terjadi perdarahan b.d Penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni)
Ditandai
dengan :
DS :
-
Klien
mengatakan pada kulitnya terlihat bercak merah
-
Klien
mengatakan adanya luka pada kulit nya
-
Klien
mengatakan jika kencing nya terdapat darah
DO :
-
TTV =
-
Nadi : 130 X / menit
-
Napas : 30 x / menit
-
Suhu : 40oC
-
TD : 80 / 50 mmHg
-
Pada klien terlihat purpura
-
Pada klien ditemukan bula hemoragi
-
Pada klien ditemukan hemoragi subkutan dan hematoma
-
Pada klien ditemukan sputum mengandung darah
-
Pada klien terlihat perubahan tingkat kesadaran
2) Defisit
volume cairan b.d pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Ditandai
dengan :
DS :
-
Klien
mengeluh buang air kecil terus
-
Klien
mengeluhkan mual dan muntah
DO :
-
TTV =
-
Nadi : 130 X / menit
-
Napas : 30 x / menit
-
Suhu : 40oC
-
TD : 80 / 50 mmHg
-
Pada klien ditemukan capilarry refill > 2 detik
-
Pada klien ditemukan hipotensi meningkat dan postural
-
Klien terlihat napas cepat dan
dangkal
-
Pada klien ditemukan orthopnea
-
Pada klien ditemukan frekuensi jantung meningkat
-
Pada klien ditemukan nadi perifer tidak teraba
3) Resiko Syok
hipovolemik b.d Perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
Ditandai
dengan :
DS :
-
Klien
mengatakan pada kulitnya terlihat bercak merah
-
Klien
mengatakan adanya luka pada kulit nya
-
Klien
mengatakan jika kencing nya terdapat darah
DO :
-
TTV =
-
Nadi : 130 X / menit
-
Napas : 30 x / menit
-
Suhu : 40oC
-
TD : 80 / 50 mmHg
-
Pada klien terlihat purpura
-
Pada klien ditemukan bula hemoragi
-
Pada klien ditemukan hemoragi subkutan dan hematoma
-
Pada klien ditemukan sputum mengandung darah
-
Pada klien terlihat perubahan tingkat kesadaran
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Intake nutrisi yang tidak adekuat akibat
mual dan nafsu makan yang menurun.
Ditandai dengan :
DS :
-
Klien
mengeluh badan nya kecil
-
Klien
mengeluh nyeri pada perut nya
-
Klien
mengatakan mual dan muntah
DO:
-
Klien terlihat gelisah
-
Klien terlihat sesak napas (Dispnea)
-
Klien terlihat memegangi perut nya
-
Klien terlihat mual dan muntah
-
Klien terlihat kurus
dan terjadi penurunan berat badan : 46 kg
-
Ditemukan porsi makan
nya setengah
5) Kecemasan b.d ancaman kematian.
Ditandai dengan :
DS :
-
Klien
mengatakan tidak napsu makan
-
Klien
mengeluh lemah dan lemas
-
Klien
mengeluh tidak tenang dan merasa dirinya kacau
-
Klien
mengeluh gelisah
DO:
-
Pada klien ditemukan frekuensi jantung meningkat
-
Klien terlihat meringis sakit
-
Pada klien ditemukan akral dingin
-
Klien terlihat pucat
-
Klien terlihat gelisah
-
Pada klien ditemukan perubahan pada sensorium, kacau mental, sakit kepala
4.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
1)
Resiko terjadi
perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah
(trombositopeni)
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria :
- TD 100/60
mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat
- Tidak ada
tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat.
Intervensi :
a. Monitor
tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya
kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda
klinis seperti epistaksis, ptike.
b. Anjurkan
pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )
Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan.
c. Berikan
penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan
seperti : hematemesis, melena, epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu
untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.
d. Antisipasi
adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut,
berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.
Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
e. Kolaborasi,
monitor trombosit setiap hari
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat
diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang
dialami pasien.
2)
Defisit volume cairan
berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi defisit voume cairan
Kriteria :
- Input dan
output seimbang
- Vital sign
dalam batas normal
- Tidak ada
tanda presyok
- Akral
hangat
- Capilarry refill
< 2 detik
Intervensi :
a. Awasi vital
sign tiap 3 jam/sesuai indikasi
Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi
cairan intravaskuler
b. Observasi
capillary Refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
c. Observasi
intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ
Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan
BJ diduga dehidrasi.
d. Anjurkan
untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral
e. Kolaborasi
: Pemberian cairan intravena
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk
mencegah terjadinya hipovolemic syok.
3) Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria :
- Tanda Vital
dalam batas normal
Intervensi :
a. Monitor
keadaan umum pasien
Rasional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan
terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok
/syok.
b. Observasi
vital sign setiap 3 jam atau lebih
Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign
untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok.
c. Jelaskan
pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi
perdarahan
Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka
tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat
dapat segera diberikan.
d. Kolaborasi
: Pemberian cairan intravena
Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi
kehilangan cairan tubuh secara hebat.
e. Kolaborasi
: pemeriksaan : HB, PCV, trombosit
f. Rasional :
Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk
acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
4)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake
nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
Klien tidak
mengeluh nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan
Klien tidak
mengeluh mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
Klien tidak
mengeluh diare atau konstipasi.
Sudah tidak
terlihat lidah merah daging/halus
Klien terjadi
peningkatan berat badan
Mandiri
a. Kaji
riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
Rasional: Mengidentifikasi
defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
b. Observasi
dan catat masukan makanan pasien.
Rasional: Mengawasi masukan
kalori atau kualitas konsumsi makanan.
c. Timbang
BB tiap hari.
Rasional: Mengawasi
penurunan BB atau efektifitas, intervensi nutrisi.
d. Berikan
makanan sedikit dan frekuensi sering dan makan diantara waktu makan.
Rasional: Makan sedikit
dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi
gaster.
f. Observasi
dan catat kejadian mual atau muntah, flatus atau gejala lain yang berhubungan.
Rasional: Gejala GI dapat
menunjukan efek anemia (hipoksia pada organ)
Kolaborasi
a. Konsul
pada ahli gizi.
Rasional: Membantu dalam
membuat rencana diet untuk memenuhhi kebutuhan individuual
b. Pantau
pemeriksaan laboratorium misalnya Hb, Ht, Albumin, Protein, B12, Asam Folat.
Rasional: Meningkatkan
efektifitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
c. Berikan
obat sesuai indikasi: Vitamin dan suplemen mineral misalnya Sianokobalamin
(vitamin B12), Asam folat asam askorbat, besi dekstran (IM/IV), tambahan besi
oral misalnya ferol sulfat, ferol glikonat.
Rasional: Kebutuhan
penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanya masukan oral yang buruk
dan defisiensi yang diidentifikasi.
5)
Kecemasan (ansietas)
berhubungan dengan ancaman kematian
Tujuan
: ansietas berkurang/terkontrol.
Kriteria :
- klien
melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
- tidak ada
manifestasi perilaku akibat kecemasan.
Intervensi
a. Kaji dan
dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
Rasional : memudahkan intervensi.
b. Kaji
mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.
Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif,
meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas.
c. Lakukan
pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan.
Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk
mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.
d. Motivasi
pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan
yang positif terhadap terapy yang di jalani.
Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang
dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
e. Berikan
penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam
keadaan cemas.
Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa
dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang
dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya.
f. Anjurkan
pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
g. Sediakan
informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut
diagnosis, perawatan dan prognosis.
Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.
h. Kolaborasi
pemberian obat anti ansietas.
Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.
5. IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Hari/ Tanggal
|
No.DX
|
Implementasi dan Hasil
|
Paraf
|
Rabu,
28 November 2012
|
1
|
a. Monitor
tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
b. Anjurkan
pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )
c. Berikan
penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda
perdarahan seperti : hematemesis, melena, epistaksis.
d. Antisipasi
adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut,
berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.
e. Kolaborasi,
monitor trombosit setiap hari
|
|
Kamis,
29 November 2012
|
2
|
a.
Memonitor keadaan umum pasien
b.
Mengobservasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
c.
Menjelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan
segera laporkan jika terjadi perdarahan
d.
Kolaborasi : Memberikan cairan intravena
e.
Kolaborasi : Memeriksa : HB, PCV, trombosit
|
|
Jum’at,
30 November 2012
|
3
|
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
b. Observasi dan catat masukan makanan pasien.
c. Timbang BB tiap hari.
d. Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering dan makan
diantara waktu makan.
e. Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus
atau gejala lain yang berhubungan.
f. Konsul pada ahli gizi.
g. Pantau pemeriksaan laboratorium misalnya Hb, Ht, Albumin,
Protein, B12, Asam Folat..
h. Berikan obat sesuai indikasi: Vitamin dan suplemen
mineral misalnya Sianokobalamin (vitamin B12), Asam folat asam askorbat, besi
dekstran (IM/IV), tambahan besi oral misalnya ferol sulfat, ferol glikonat.
|
|
Sabtu,
1 Desember 2012
|
4
|
a.
Mengawasi vital sign tiap 3 jam/sesuai indikasi
b.
Mengobservasi capillary Refill
c.
Mengobservasi intake dan output.
d.
Mencatat warna urine
/ konsentrasi, BJ
e.
Menganjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai
toleransi )
f. Kolaborasi
: memberikan cairan cairan intravena
|
|
Minggu,
2 Desember 2012
|
5
|
a. Mengkaji
dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
b. Mengkaji
mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.
c.
Melakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien
untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
d. Memotivasi
pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan
yang positif terhadap terapy yang di jalani.
e. Memberikan
penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam
keadaan cemas.
f.
Menganjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
g. Menyediakan
informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut
diagnosis, perawatan dan prognosis.
h. Kolaborasi
: memberikan obat anti ansietas.
|
|
6. EVALUASI
Hari / Tanggal
|
No. DX
|
Evaluasi
|
Paraf
|
|
1
|
S:
Klien mengaktakan sudah tidak ada perdarahan lagi.
O:
S= 36 C, N= 60x/mnt, TD= 110/80 mmHg, Pada gusi klien tidak terlihat darah
lagi, dan tidak ada tanda-tanda perdarahan
A:
Masalah infeksi sudah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
|
|
|
2
|
S: klien mengatakan sudah tidak mual dan muntah lagi
O:
pada klien mukosa bibir sudah terlihat kering dan pucat
A:
Masalah defisit volume cairan
P:
Intervensi dihentikan
|
|
|
3
|
S: klien mengatakan sudah tidak lemas dan terlihat
lebih segar
O:
Klien mampu berespon dengan baik, TTV: TD= 110/80 mmHg, RR= 24 x/mnt
S=
36 C, N= 60x/mnt, TD= 110/80
A:
Masalah resiko syok hipovolemik sudah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
|
|
|
4
|
S: Klien mengatakan
sudah tidak nyeri mulut atau lidah, klien sudah tidak kesulitan menelan,
klien sudah tidak mengeluh mual/muntah, dyspepsia, klien terlihat nafsu
makan, klien sudah tidak mengeluh diare
atau konstipasi.
O:
Bb= 40kg
A:
Masalah kebutuhan nutrisi sudah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
|
|
|
5
|
S:
klien mengatakan sudah tidak cemas
O: klien terlihat lebih tenang dan dapat mengontrol
emosi nya
A:
Masalah kecemasan sudah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
|
|
BAB III
PENUTUP
DIC adalah
suatu sindrom ditandai dengan adanya perdarahan atau kelainan pembekuan darah
sehingga terjadi gangguan aliran darah yang menyebabkan kerusakan pada berbagai
organ. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan salah satunya adalah
resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hemoragi
sekunder. Dari diagnose tersebut, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan
adalah memantau hasil pemeriksaan koagulasi, tanda-tanda vital, dan perubahan
sisi baru dan potensial.
DAFTAR PUSTAKA
Bare, Brenda G dan Smelttzer, Susanne G. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Stitham,Sean.2008. Disseminated
Intravascular
Coagulation.http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/healthtopics.html.
Diakses tanggal 26 September 10.00 WIB
Levi
M. Disseminated intravascular coagulation: What's new? Crit Care Clin.
2005;21(3):449-467.
DeLoughery
TG. Critical care clotting catastrophies. Crit Care Clin.
2005;21(3):531-562.
Gando
S. A multicenter, prospective validation of disseminated intravascular
coagulation diagnostic criteria for critically ill patients: comparing current
criteria. Crit Care Med. 2006;34(3):625-631.
Farid.
2007. Ancaman Serius Koagulasi Intravaskuler Diseminasi. http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp. Diakses
tanggal 27 September 2009 pukul 17.50 WIB
21.21 | Label: SISTEM IMUN HEMATOLOGI | 2 Comments
Langganan:
Postingan (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.